PLEASE, DON'T ASK ME WHY

Katanya salah satu ciri anak cerdas adalah suka bertanya. Alhamdulillah, Mama bersyukur karena hal itu itu ada pada Athifah dan menunjukkan bahwa nona mungil ini cerdas.

Tapi boleh dong kalau Mama merasa kewalahan? Soalnya pertanyaannya didominasi oleh kata tanya “kenapa”. Mama kan mati gaya menghadapi pertanyaan “kenapa” yang kelebihan dosis. Misalnya beberapa waktu yang lalu, saat Mama meminta bantuan Athifah untuk mengambilkan HP Mama di kamar, nona mungil ini malah balik bertanya, “Kenapa?” Hadeuh pertanyaan salah di waktu dan tempat yang salah HP kan milik Mama, kalau Mama minta tolong mengambilkan wajar-wajar saja toh?

Jadi waktu baru-baru ini Athifah lagi-lagi menggempur Mama dengan pertanyaan “kenapa”, Mama langsung mengajukan penawaran, “Bisa tidak, kalau bertanya jangan selalu pakai kata KENAPA?”

“Kenapa?”


“Karena itu pertanyaan paling susah di dunia. Membuat Mama merasa bodoh kalau tidak bisa menjawabnya.”

Err, jangan ditiru di rumah ya. Ini ciri-ciri emak frustrasi, menghambat kemajuan anaknya.

Masih di hari yang sama, beberapa jam kemudian, saat Athifah sedang mengamati anak-anak ayamnya di halaman samping, terjadi percakapan ini:

“Ma, kenap ….,” Athifah terdiam. Sepertinya dia teringat permintaan Mama tadi.

Beberapa detik, terlihat di raut wajahnya, nona mungil ini sedang berpikir. Sepertinya ia sedang mencoba menemukan bentuk pertanyaan baru yang tidak akan membuat Mama frustrasi.

“Ma … waktu jaman batu tali terbuat dari apa?” tatapan Athifah melekat pada tali jemuran.

Selama sepersekian detik Mama takjub. Mama tersadar bahwa pertanyaan yang menggunakan kata KENAPA bukanlah satu-satunya model pertanyaan yang bisa membuatnya ter-smack-down. Athifah punya bentuk pertanyaan lain!

Untungnya kali ini Mama sedang insyaf jadi ia bertanya balik, “Kenapa Athifah tahu “jaman batu”?”

Hhhh ini nih emak-emak egois. Anaknya tidak boleh pakai kata KENAPA sementara dia boleh.

“Iya kan Ma, dulu … dulu sekali ada jaman batu?” Athifah menatap Mama.

“Hm, dulu, talinya seperti yang di film-film Tarzan atau George of the Jungle itu, yang ada di pohon-pohon besar yang ditempati Tarzan dan George berayun-ayun,” jawab Mama.

Untuk yang kesekian kalinya, Mama istighfar dan menyuruh dirinya untuk lebih sabar dan lebih cerdas lagi menanggapi anak-anaknya.

Makassar, 24 Juli 2014






Share :

13 Komentar di "PLEASE, DON'T ASK ME WHY"

  1. Berat ya mbk jd ibu aplgi pnya anak cerdas.g kbayang deh saya nnti...kelimpangn jg kali ya tp dsisi lain bangga dsisi lain pertnyaannya kok aneh2 hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dinamika sehari2nya seperti itulah, Mbak Hanna :)

      Delete
  2. Katanya nggak ada sekolahan untuk jadi orangtua ya, karena sekolah itu adalah anak-anak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mak. Anak-anak mengajari kita berbagai hal, sebenarnya :)

      Delete
  3. dijawab saja Mak, emua pertanyaan anak, tentunya dengan bijak :) Dan iya sih, jangan sampai menyuruh anak untuk tidak bertanya, nanti dia malah jadi minder.

    ReplyDelete
  4. Athifah keren eeuuyy...
    Memang bener jd ibu tu harus pinter ya mbak jd apapun pertanyaan si bocah siap ditangkis hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi di jaman sekarang ini ya Mak, anak2 tambah pintar maka ibunya juga harus makin pintar :)

      Delete
  5. aku juga pernah marah waktu ditanyaaaa terus.. tapi kemudian sadar.. anakku belajar dari pertanyaan dan jawaban itu.. hiks

    ReplyDelete
  6. anaknya mak mugniar cerdas ya,
    suka bertanya dan ketika diminta jangan tanya kenapa, dia malah melontarkan pertanyaan lain dgn cara kreatif :)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^