Showing posts with label #8MingguNgeblog. Show all posts
Showing posts with label #8MingguNgeblog. Show all posts

Komunitas, Cukup Ideal Sudah Cukup

Sebenarnya saya sudah menyelesaikan sebuah tulisan untuk event spesial ini sejak hari Rabu tapi tak disangka sebuah musibah menimpa: lepi kami tiba-tiba saja rusak. Akhirnya, mau tak mau saya harus menulis kembali untuk memenuhi konsistensi sebagai peserta. Itu pun dibarengi "kisah seru": kucing-kucingan dengan si bungsu Afyad. Sebab jika ia melihat, pasti akan terjadi perebutan kekuasaan. Maka berbekal perangkat pinjaman, inilah usaha saya. Maka, tulisan ini diikutkan event 8 minggu ngeblog bersama Anging Mammiri minggu ke delapan.

Tak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun dibutuhkan komunitas, tak terkecuali dalam dunia menulis dan blogging. Saya adalah contoh orang yang membutuhkan komunitas dalam hal ini.
Baca selengkapnya

Dapat Kiriman Palm Sugar Berkat Ngeblog

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketujuh.

Konyolnya, dulu saya mengira “Arenga” itu nama belakang kak Evi Indrawanto karena ia sempat memakai nama Evi Indrawanto Arenga. Padahal “arenga” atau “arenga palm sugar” merupakan nama internasional untuk “gula semut aren”. Kalau tidak ngeblog, saya tidak mengenal kak Evi – owner PT. Diva Maju Sejahtera yang memproduksi arenga, dan tentu saja saya tak akan mengenal kak Evi dari tulisan-tulisannya di blog http://eviindrawanto.com.

Kalau tidak ngeblog, saya juga tidak akan mendapatkan “gula semut aren” (gula aren bubuk) sebagai hadiah memenangkan giveaway yang diselenggarakan kak Evi.

Pengumuman pemenang GA
Baca selengkapnya

Seandainya Tidak Ngeblog, Saya Tidak Tahu Tentang ICT USO EXPO dengan MPLIK-nya


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketujuh.

Celebes Convention Center, Makassar
Bila berandai-andai ...

Seandainya saya tidak ngeblog, apa yang terjadi?

Well, ada banyak hal yang tidak akan saya peroleh, sebagian sudah saya ceritakan di sini dan di sana. Dan yang baru saja saya sadari, adalah: saya tidak tahu event nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo di gedung Celebes Convention Center Makassar pada 23 – 25 Mei tahun ini.

Berlebihan? Tidak. Karena kami tak berlangganan koran. Saya amat jarang keluar rumah. Banyak event semacam pameran keren lewat begitu saja. Beruntung info tentang event ICT USO EXPO (Information and Communication Technology Universal Service Obligation) terbaca oleh saya sehari setelah daeng Ipul – ketua komunitas blogger Anging Mammiri menginformasikan tentang acara ini di milis Anging Mammiri. Dalam e-mailnya, daeng Ipul menyebutkan Anging Mammiri menempati satu stand di sana juga mengenai adanya lomba blog berkaitan dengan ini.
Baca selengkapnya

Seandainya Tidak Ngeblog, Saya Tidak Akan Mengenal Komunitas-Komunitas Keren Ini

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketujuh.

Seandainya saya tidak ngeblog, saya tidak mungkin bisa terlibat dalam komunitas-komunitas yang melibatkan saya dalam kegiatan-kegiatan keren dan mengalirkan aneka manfaat.

Komunitas Blogger Anging Mammiri

Bila saya tidak ngeblog, tulisan-tulisan saya tidak akan ikut meramaikan web http://angingmammiri.org. Saya hanya menjadi penikmat tulisan-tulisan daeng Ipul, kak Amril, Nanie, Ira, Iqko, dan lain-lain. Saya juga tidak akan bertemu dengan mereka pada acara-acara tudang sipulung dan acara-acara keren lainnya.

Bila saya tidak ngeblog, saya mungkin tidak akan tahu ada tempat menarik yang lokasinya terisolasi dari bising dan polusinya kota Makassar. Tempat itu bernama Lakkang. Info ini baru saya ketahui saat menghadiri kopdar Anging Mammiri dan saya menuliskannya pada tulisan berjudul Jalan-JalanSeru Hingga Kopdar Akbar.
Baca selengkapnya

Kesan Dua Sisi dari Polisi Berseragam

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Tak dipungkiri, ada kesan “lebih” bila melihat seorang polisi dalam pakaian dinasnya. Sepertinya dalam pakaian itu disematkan “wibawa” selain lambang-lambang dan “aksesoris” yang ada di seragamnya. Terlebih lagi bila melihat ada polisi yang bersikap ramah dan sopan kepada warga, bertambahlah wibawanya di mata saya.

Ketika saya menemani ibu mertua ke sebuah bank pemerintah beberapa waktu lalu, saya terkesan dengan sosok polisi yang membukakan pintu bagi kami. Bagitu melangkah, langsung disambut wajah sumringahnya. Polisi itu tersenyum lebar sembari mengucapkan salam dan mengangguk. Ia bertanya dengan ramah, “Mau tarik tunai?”

Saya mengiyakan. Pak polisi ramah yang bertubuh gempal itu kemudian menunjukkan tempat untuk mengambil nomor antrian. Tempat mengambil nomor antrian untuk nasabah yang hendak tarik tunai berbeda dengan yang hendak bertemu customer service, kalau salah mengambil nomor antrian ribet juga.
Baca selengkapnya

Cerita Anak SMA - dari Ngaji Hingga Cubitan


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Mengenang masa SMA adalah juga mengenang cerita dua sisi dalam diri saya. Saya ingat betul, di usia SMA saya mulai mencari makna yang hakiki – mencari jati diri istilah lainnya.

Dengan sukarela saya mengikuti kajian agama Islam untuk akhwat (perempuan) sejak kelas 1 SMA yang dilaksanakan bertepatan dengan waktu shalat Jum’at. Model pengajian itu adalah hal yang baru dan menarik bagi saya. Saya memang Islam sejak lahir tapi lingkungan keluarga saya menganut Islam yang biasa-biasa saja. Sampai menjadi anak SMA, shalat lima waktu belum merupakan sebuah keharusan bagi saya. Tak ada yang mengharuskan dan saya pun tak merasa harus melakukannya. Walau demikian saya melakukan shalat tapi bolong-bolong.

Saya tertarik belajar Islam. Dari kajian-kajian yang difasilitasi pengurus mushala di SMAN 2 Makassar, saya menjadi tahu bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Saya jadi tahu bahwa semua manusia memiliki kecenderungan kepada dua hal sekaligus: kebaikan dan keburukan, tinggal bagaimana ia memilih untuk hidupnya dan menyadari pertanggungjawabannya kelak di hari akhir.
Baca selengkapnya

Godaanmu Menggangguku


Sebelumnya, mohon maaf kepada orang-orang yang merasa terkait dengan kisah dalam tulisan ini. Bukan bermaksud membongkar aib masa lalu. Melainkan sebagai pengingat kepada yang lain sekaligus ini merupakan kesempatan bagi saya untuk menjelaskan alasan dari sikap saya saat itu. Mengingat kisah ini sesuai tema “dua sisi” maka tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Mungkin kebanyakan orang yang mengenal saya mengira sikap saya bisa selamanya seperti ini. Saya tak suka berdebat. Dalam berbicara, suara saya cenderung kecil. Saya tak suka konflik. Saya sering kali ingin menyenangkan semua pihak, tak kuasa berkonfrontasi dengan siapa pun. Sebagian orang mungkin mengira saya tipe orang yang hanya bisa diam dan menangis bila terganggu.

Padahal tidak selalu demikian. Saat hal prinsipil dalam diri saya diusik, saya bisa bersikap keras, laksana harimau yang mengaum dan mengambil ancang-ancang untuk membalas. Inilah sisi lain dalam diri saya yang tak banyak diketahui orang.
Baca selengkapnya
Cintaku Pada Menulis

Cintaku Pada Menulis


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.

Tak seperti para penyuka menulis lain, saya tak keranjingan menulis sejak kecil. Pelajaran favorit saya sejak SD sampai SMA adalah matematika. Karena kesukaan itu, saya memilih masuk jurusan Teknik Elektro di FT UNHAS (suka doang, bukan berarti jago hiks).

Tapi kalau saya ingat-ingat, sejak SD saya enjoy dengan tugas mengarang ataupun ujian mengarang. Saya selalu mengerjakan soal mengarang dengan baik dan memenuhi kertas yang disediakan semaksimal jumlah baris/halaman yang diminta.

Dalam bentuk apapun, saya mengerjakannya dengan enjoy, termasuk ketika tes program co-op (magang) di Freeport saat masih kuliah dulu. Waktu itu mengarang sepertinya sebuah bentuk tes kreativitas dan saya bisa mengerjakannya dengan penuh penjiwaan. Dan sepertinya itu membantu saya menjadi kandidat kuat mewakili UNHAS ketika itu (ehm tak ada salahnya bernostalgia kan kawan? Saya hampir saja ke Freeport lho waktu itu, sebelum kloter yang mengutus Ridwan – teman seangkatan berangkat. Untung saja saya tak bersaing dengan Ridwan. Kalau saja kami bertemu di satu kloter ... beuuh #abaikan).
Baca selengkapnya

Pelajaran Tentang CINTA


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.

Tentunya ada cinta yang mengantarai kehadiran tiga buah hati dalam pernikahan kami. Saat ini empat belas tahun sudah berlalu sejak ikrar mitsaqan ghalizha (perjanjian agung/ perjanjian yang teramat berat, salah satu sebutan untuk pernikahan). Telah empat belas tahun pula saya tak hentinya belajar tentang cinta yang lebih besar. Bukan sekadar cinta kepada laki-laki yang menjadi imam saya. Tetapi juga cinta yang jauh lebih besar, yang melingkupi pernikahan ini  dengan berbagai maknanya termasuk di dalamnya melindungi dan menghidupkan pernikahan.

Lalu cinta yang tidak hanya menghadirkan tiga buah hati yang luar biasa, yang hadir setelah perjuangan yang tidak mudah karena mulanya ada masalah ketidaksuburan pada saya dan suami. Ada berbagai makna cinta menyusul keberadaan mereka. Seperti cinta yang membuat saya bertahan memberikan ASI semaksimal mungkin kepada ketiganya, cinta yang ingin memenuhi segala aspek tumbuh kembang mereka. Juga cinta yang membuat saya menyadari bahwa berurusan dengan mereka bukanlah semata urusan dunia tetapi juga akhirat. Bahwa mereka bertiga adalah partner saya dalam menggapai ridha Ilahi.
Baca selengkapnya

Perempuan Pencipta Aksara

Masyarakat Bugis – Makassar telah menunjukkan
pencapaian peradaban tertinggi dengan adanya aksara lontara’.
Melalui aksara ini, orang Bugis – Makassar mampu mengolah
berbagai hasil kebudayaannya ke dalam naskah-naskah
yang sampai saat ini masih dapat dibaca.

Dahulu, naskah lontara’ (utamanya La Galigo) 
adalah hal yang sakral bagi pemiliknya.

Naskah-naskah itu disimpan di rumah-rumah 
penduduk (biasanya bangsawan)
sebagai koleksi pribadi dan ada yang
tersimpan di perpustakaan kerajaan.

Mengetahui bahwa ternyata karya sastra terpanjang di dunia (La Galigo) berasal dari tanah Bugis, merupakan sebuah kebanggan. Apalagi mengetahui bahwa ternyata pengumpulnya adalah seorang perempuan pecinta sastra yang hidup pada tahun 1800-an, bertambahlah kebanggan saya sebagai seseorang yang berdarah Bugis.
Baca selengkapnya

Na Bombe’ Ka’

Tulisan arti bombe' ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama.

“Tadi Dina, na bombe’ Via!” dengan bersemangat Athifah menceritakan kejadian di sekolahnya.
“Iya. Na bombe’ ka’[1]. Sekke’[2] ki’, ndak mau na[3] kasih ka’[4] choki-chokinya,” sahut Via tak kalah bersemangatnya dengan Athifah. Via adalah anak tetangga berusia 4 tahun. Rumahnya hanya diantarai sebuah gang, di sebelah barat rumah kami.
Baca selengkapnya