Kemarin, Athifah membuat
Mama tergelak dengan pertanyaan, "Ma ... kenapa Mama bisa lebih pintar
dari saya ya? Mama dulu mengerjakan pe ernya sendiri, tidak disuruh-suruh sama
Oma? Saya kan tidak begitu?"
Athifah memang sering
memusingkan Mama dalam mengerjakan pe er. Mama harus berkali-kali menyuruhnya
kembali menulis karena ia tak bisa tenang menulis. Ada saja yang menyebabkannya
meninggalkan buku tulisnya.
Saat itu Mama belum
punya jawaban.
Saat tadi, hal itu Mama
ceritakan kepada Papa dan dia ikut mendengarkan, Mama katakan padanya, "Mama
tidak lebih pintar dari Athifah. Mama dan Athifah sama-sama pintar. Pintarnya
Athifah tidak sama dengan pintarnya Mama."
Benar kan? Setiap anak
itu cerdas dan jenis kecerdasannya unik. Mama selalu saja terpukau dengan
kemampuan berbahasa Athifah karena Mama tak sama sepertinya pada usia yang
sama. Mama pun terpukau dengan kesupelannya dalam bergaul. Ia bisa menegur dan
cepat berkawan dengan siapa saja sementara Mama tak demikian. Mama cenderung
defensif pada orang yang baru dikenal. Ia lincah, sementara Mama pemalu (tukang
palu-palu maksudnya
J ).
Makassar 24 Agustus 2014
*Setiap anak cerdas.
Sudah selayaknya mereka dihargai, bukan hanya diukur dengan angka dan
dibanding-bandingkan dengan orang lain à quote Mama untuk mengingatkan diri sendiri*