Manula on the Stage

Sumber: www.zazzle.com

Sekarang, hampir di setiap provinsi, malah mungkin di semua provinsi di Indonesia memiliki satu event tambahan : kontes peragaan busana yang diikuti oleh para manula usia 60 tahun ke atas.Biasanya reaksi penonton hampir sama, mereka bertepuk tangan sambil tertawa bisa sampai terbahak-bahak menonton peserta yang didominasi nenek-nenek ini saat mereka berlenggak-lenggok bak peragawati. Entah apa yang membuat mereka tertawa, apa karena bahasa tubuh para nenek ini kelihatan ragu tetapi percaya diri, juga malu-malu kikuk tapi agak narsis?
Mungkin tidak banyak yang terpaksa menontonnya dengan dingin, seperti halnya saya. Setiap nonton berita tentang peragaan busana manula perasaan saya tidak enak. Apalagi saat nonton berita TV baru-baru ini, ada berita tentang peragaan busana manula yang ditingkahi musik instrumental berkesan konyol (pemilihan musik ini dilakukan pihak stasiun TV). Ya, konyol, karena tanpa menonton TV pun, hanya mendengar instrumentalia itu – orang bisa berpikir bahwa tayangan TV sedang menunjukkan acara komedi. Kasihan, apa lenggak-lenggok para manula
ini disetarakan dengan pertunjukan lawak? Sangat tidak pantas menurut saya.
Para sepuh itu seharusnya ada di tempat terhormat karena mereka sudah terlalu banyak menghabiskan hidup dalam suka dan duka mereka. Bukannya dijadikan bahan tontonan untuk mengocok perut penontonnya. Kalaupun diminta menampilkan sesuatu, pilihlah aktivitas yang lebih elegan, yang lebih cerdas, misalnya mereka diminta  bercerita tentang kisah hidup mereka yang penuh asam-garam, pasti banyak hikmah yang bisa diambil oleh generasi-generasi di bawah usia mereka dari kisah-kisah itu. Lalu yang muda-muda diminta menuliskan kisah tersebut kemudian dibukukan, misalnya. Daripada tertawa terbahak-bahak seraya bertepuk tangan tak ada arti? Adakah hal bermanfaat yang diperoleh setelah mereka membuat kita terhibur dengan atraksi mereka? Apakah ada menfaat yang para manula dapatkan setelah mentas? Lenggak-lenggok di panggung dengan koreografi minim seperti itu – kalau mau dipantas-pantaskan – lebih cocok jika pesertanya anak-anak balita kita. Balita kita bisa mengasah rasa percaya diri mereka untuk tampil di depan orang banyak. Namun jika hal ini yang menjadi poin pengadaan pentas ini, sungguh tak penting bagi mereka. Jika mereka bisa membagikan hal yang bermanfaat, bisa beroleh pahala bagi mereka, ilmu yang bermanfaat bagi kita yang lebih muda. Apalagi kalau ada yang menjalankan manfaat itu, akan beroleh amal jariyah bagi mereka yang akan terus mengalir kelak, sekalipun mereka sudah tak ada di dunia ini, mengapa tidak yang bermanfaat yang dijadikan kompetisi bagi mereka?
Saudara, jangan biarkan orangtua/nenek kita ikut ajang seperti ini. Kasihan ....
Makassar, 1 Juli 2011
Tulisan lain yang terkait:
Lomba Makan Berhadiah Jutaan Rupiah?



Share :

0 Response to "Manula on the Stage"

Post a Comment

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^