Pengemis, Sebuah Profesi?

Pengemis beroda
di sebuah ruas jalan
Beberapa tahun terakhir ini Makassar disemarakkan lagi oleh pengemis. Tengok saja taman segitiga di penghujung jalan Sultan Hasanuddin, berjejer mereka duduk di pinggir taman – di tepi jalan, menunggu belas kasihan.

Ada masanya beberapa ruas jalan diwarnai dengan pengemis buntung beroda. Mereka menyatroni ruas jalan, dengan menggelindingkan roda-roda dari sebidang kayu yang dijadikan tempat duduk mereka. Beberapa bulan yang lalu saya melihat beberapa orang di sepanjang jalan H. Achmad Saleh (jalan ini sejajar dengan jalan Haji Bau, tegak lurus dengan jalan La Madukelleng).

Beberapa hari yang lalu, seorang kawan meneruskan SMS yang diterimanya kepada saya: Anak jalanan, bayi – 5 tahun disuruh ngemis. Mak-maknya nggosip sambil main hape. Duh, mereka mungkin merasa sedang mengerjakan sebuah profesi ya.

Ada lagi lanjutan SMS-nya: di deket mal Panakukang serem banget, anak umur 5 tahun gendong adeknya yang baru berumur bulanan. Kurus kering, rambut merah sementara emaknya gemuk-gemuk, dandanan menor – badan item muka putih. Anaknya menangis di antara mobil-mobil. Emaknya ndatangin, tidak menolong malah mencubit.

Untuk SMS yang terakhir itu, saya lupa menanyakan apa anak-anak itu mengemis juga. Yang jelas kontras, anak dan ibu (hm, sebenarnya apa iya itu anaknya?) berpenampilan bagaikan langit dan bumi. Yang jelas ini sama-sama memprihatinkan.

Kembali ke soal pengemis itu lagi.
Menurut saya kompleks. Apakah pemerintah harus disalahkan dalam hal ini? Entahlah. Rasanya koq capek ya setiap saat menyalahkan pemerintah. Soalnya ada orang-orang yang betah mengemis karena mudah. Tinggal menengadahkan tangan sambil memelas-melaskan wajah maka uang akan berpindah tempat, dari kantong orang yang menaruh iba ke tangan mereka.

Ada pengalaman seorang teman saya. Ia susah sekali mencari asisten rumahtangga. Suatu kali ada pengemis – ibu-ibu mengetuk pintu rumahnya. Ia memberikan sekemampuannya. Kemudian ia bertanya kepada ibu itu, “Mau tidak Bu kerja di sini? Nanti Saya gaji. Daripada  ibu minta-minta.”
Coba tebak, apa jawaban ibu itu? Tepat, menolak. Rupanya ia lebih suka mengemis.

Seorang pengemis di sebuah taman kota
Sudah pernah ditayangkan di TV trik-trik pengemis supaya kelihatan berkaki buntung. Atau trik-trik lain, seperti mengambil anak-anak jalanan kemudian dibawa mengemis. Saya pun pernah mendengar anak-anak jalanan diorganisir, diturunkan di sebuah persimpangan dengan mobil di pagi hari lalu mobil itu pergi dan datang kembali untuk menjemput mereka menjelang malam.

Teman saya SMS lagi: Iya lo, mereka ada yang pake HP. Malah di tempatku ada yang koordinir, semacam bosnya. Nah, bosnya ini yang beliin pulsa, maybe potong setoran. Ada juga nih pengemis yang ngakalin, sebelum sampe rumah sewaan, dia sembunyiin sebagian pendapatan mereka ke lipatan-lipatan baju. Pokoke tempat tersembunyi. Aku pernah lihat.

Benar-benar memprihatinkan.
Tetapi saya kemudian teringat sosok seseorang.
Setiap tahun ia mencari orang yang betul-betul tidak mampu dan memberikan sedekah. Ia bukan orang kaya. Baru-baru ini, setelah mendapatkan rezeki ia menyiapkan 500 lembar amplop dan mengisinya, masing-masing dengan pecahan Rp. 50.000. Ia mencari sendiri orang-orang yang berhak itu, hingga ke pelosok-pelosok kota.

Dan kali ini ia memberikan kepada sejumlah orang yang tinggal di daerah Panakukang, daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di Makassar karena di daerah itu ada beberapa mal dan banyak pusat bisnis. Sosok ini menyisihkan rezekinya bahkan bukan hanya dua setengah persen, lebih dari itu. Hingga puluhan persen pun ia tak berkeberatan. Itulah salah satu cara ‘berdagang di jalan Allah’ menurutnya.

Sementara itu, kebanyakan orang menghitung pas dua setengah persen.
Atau malah lupa.

Ah, bagaimana kalau kita tak membicarakan orang lain. Bagaimana kalau kita menilik diri kita sendiri?

Makassar, 29 Februari 2012

Bisa dibaca juga:



Share :

29 Komentar di "Pengemis, Sebuah Profesi?"

  1. di jogja mah dilarang ngasih pengemis di jalan2 terutama di lampu merah. . .

    "aman kok mbak. . . ndak da copas deh dijamin. . . . ok ok ok. . ."

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, sebenarnya di sini juga dilarang, bakal ditangkap Satpol PP kalo kedapatan :)
      Aman ya ... OK deh ...

      Delete
    2. mana dong mbak. . . emailnya. . . .???

      Delete
    3. makasi mbak. . . bantuan selanjutnya. . . doain ya moga diterima hehehehehehe (banyak permintaan yak)

      udah ku apus kok tapi tak save di email. boleh kan. . .??

      Delete
    4. Kalo disave-nya di-email kamu boleh aja koq :D
      Sama2 .. mudah2an di-approve ya. Tapi kalo belum jangan kecewa, bersabar saja ^__^

      Delete
    5. siap senior hehehehehehe. . . .

      Delete
    6. Ok deh sip .. berarti diriku aman :D

      Delete
  2. renungan yang sungguh membuka mata batin mba... bener, yuk menilai diri kita sendiri... :), tapi ga harus diupdate disinikan say?

    tentang pengemis, di Banda juga banyak mba.. tapi warga kota sudah terlatih untuk tidak memberikannya pada para pengemis dipinggir jalan atau persimpangan lampu merah sih.. apalagi sebuah himbauan di sign board besar nyata2 menghimbau para pengguna jalan yang ingin bersedekah agar menyalurkan saja sedekahnya itu ke tempat-tempat yang lebih layak (rumah yatim/panti asuhan, dll nya) daripada diberikan kepada para pemalas/pengemis yang begitu pinter berakting.

    aku pernah lho waktu SMA ditipu oleh seorang anak kecil (pengemis).. ntar aku posting deh kisahnya... hehe.

    Thanks for inspirasinya mba, juga renungannya tentunya... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengemis ini sempat menghilang tapi kemudian rame lagi mbak.

      Ga harus update di sini koq mbak Alaika hehehe.
      Wah, kayaknya menarik nih kisah SMA-nya mbak Alaika, ntar sy main ke sana deh eh .. bagaimana bisa tahu ya kalo mbak Alaika sudah posting?

      Delete
  3. memang susah kayaknya ya mbak untuk membersihkan jalanan dari para pengemis...kadang2 sudah kena razia, trus di didik di panti sosial agar punya ketrampilan...eh keluar dari panti sosial malah ngemis lagi....aneh kan..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu dia mami Zidane. Bolak-balik saja mereka :)

      Delete
  4. iya kak kalo yang depan mp itu kemarin kuliat. mamanya duduk deket pohon. bajunya bagus nda keliatan kyk pengemis. bingung saya. sepertinya pemerintah gagal kak. pas pemilu kemain aja getol2nya urus gepeng, setelah itu berjamur lagi kok. paling banyak depan unhas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ooh depan UNHAS juga banyak?
      Yang itu baru tahu saya. Sudah lama nda lewat kampus.

      Delete
    2. Jangan2 itu ibu yang sama dengan yang dilihat temanku ya? Anak2 itu mengemis juga?
      Sudah lama saya nda ke MP (Mal Panakukang). Terakhir ke sana belum ada pengemis ...

      Delete
  5. iya kak Niar, setahun terakhr,,pengemis tambah banyak...dan kasus yang seperti itu seringg banget...
    prihatin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hm, Uty juga bilang bertambah banyak ya ... berarti tidak salah penglihatanku ...

      Delete
  6. mbaaa... aku kembali.. hehe. sesuai janji di komenku di atas, kisahnya telah kuposting disini:
    ttp://www.alaikaabdullah.com/2012/02/bocah-lugu-dan-lusuh-itu.html

    cekidot yaaa.... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah baca mbak. Wah seru ya .... ternyata bisa juga terjadi yg seperti itu ....

      Delete
  7. moga bisa menjadi orang yg bermanfaat bagi orang lain...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat buat orang lain ^__^

      Delete
  8. memang menjadi kontroversi bagi hati kita umi. . .disatu sisi kita merasa iba dan ingin bersedekah. . .disatu sisi kita dengan tidak sengaja melatih orang menjadi pemalas. . .memang susah sekali menentukan orang yang tepat menerima sedekah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. KOntroversial.
      Biarlah Allah yang menentukan apa yg kita peroleh (dari-NYA) dari keprihtinan itu.

      Delete
  9. Berikut ini Rahasia Penghasilan Pengemis Lampu Merah:
    Dalam 1 kali lampu merah, Para pengemis lampu merah rata-rata punya target dapat uang minimal Rp.2000 (minimal 1 lembar 2ribuan, atau 2 lembar seribuan). Sementara lama lampu merah adalah 40 - 50 detik, jika di perempatan jalan berarti dalam 160-200 detik (rata-rata 3 menit) terjadi 1 kali lampu merah.
    Pengemis bekerja dari pagi jam 07.00 s.d 17.00 = 10 jam.
    Dalam 10 jam akan terjadi lampu merah sebanyak 10 jam x 60 menit dibagi 3 menit = 600 menit dibagi 3 menit = 200 kali lampu merah dalam 10 jam kerja (07.00 s.d 17.00).

    Nah... berapakah penghasilan pengemis?
    = 200 kali lampu merah dikalikan target minimal Rp.2000/1 kali lampu merah = Rp. 400.000,- perhari.

    Jika dikalikan 1 bulan maka 400.000,- x 30 hari = 12 juta sehari. Dan angka itu yang menyebabkan pengemis tidak mau menjadi PEMBANTU RUMAH TANGGA.

    Jikalau pembaca telah mengetahui itu, saya harap tidak jadi pengemis juga.... hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow .. memang membuat iler menetes yah :D
      #Mudah2an tidak berpikiran alih profesi heuheu#

      Delete
  10. Itulah fenomena yang terjadi saat ini dimana banyak bermunculan "pengemis-pengemis" gadungan yang mencoba mengadu peruntungannya dari belas kasihan orang lain. Himpitan ekonomi yang semakin menekan mereka membuat tidak ada pilihan lain selain meminta, dan jika kita ingin menunjuk siapa yang paling bersalah tidak lain dan tidak bukan jawabannya adalah PEMERINTAH. Trims...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Zaman edan ya mas. Pengemis pun ada yang gadungan. Ada2 saja ...

      Delete
  11. Bukankah mengemis untuk memperkaya diri itu haram? :(
    Kalau mengemis utk mempertahankan hidup, baru boleh... tapi saya pernah dengar ada pengemis di surabaya yang bisa punya mobil... itu menurut saya haram, tidak barokah... :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengemis bisa punya mobil? Hadeh ... #geleng2 kepala#

      Delete
  12. Teman saya pernah melihat dan mengabadikan gambar seorang pengemis lagi asyik duduk di atas kursi berodanya sambil bermain hp "touch screen"nya..ck..ck

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^