Ketika Emosi Mengubun-Ubun, Menyesal Kemudian

Ini tulisan kedua saya yang masuk headline di Kompasiana. Alhamdulillah, meski tak seberapa, ini buat saya merupakan sebuah pencapaian karena tak mudah untuk jadi headline  di sana. Pembaca tulisan ini menembus angka 540-an dalam sehari.

Tulisan aslinya ada di Kompasiana


Ketika Emosi Mengubun-Ubun, Menyesal Kemudian


Anjing kawan saya sedang bete ketika saya bertandang ke rumahnya.
“Kenapa anjingmu?” tanya saya.
“Lagi PMS,” seloroh kawan saya sembari tertawa.

“Lho, memangnya anjingmu betina?” tanya saya menelidik. Saya memperhatikan anjing itu, berusaha mencari tahu jenis kelaminnya. Mana mungkinlah saya mengetahuinya dengan hanya menyapu pandang saja. Untuk mendekat dan mengulik-ulik tubuh anjingnya, mana pula saya berani.

“Jantan,” jawab kawan saya.


Saya ikut tertawa bersamanya. Saya menyadari jawaban konyolnya itu menandakan bahwa istilah PMS (pre menstruation syndrome) sudah sedemikian populernya. Bila seorang perempuan mencak-mencak tidak karuan, biasanya ia gampang dituduh sedang mengalami PMS.

Saya mengalaminya sejak gadis. Susahnya, siklus haid yang tak tentu membuat saya sering kebablasan mengenali sedang dihinggapi PMS. Haid saya datangnya suka-suka. Siklusnya di atas 1,5 bulan. Kadang-kadang 2 bulan. Dulu, malah bisa 3, 4, atau 6 bulan. Saya sampai butuh perjuangan panjang untuk mendapatkan siklus yang normal bagi saya, termasuk agar dapat memiliki keturunan. Ya, siklus yang amburadul ini berdampak langsung pada kesuburan saya. Alhamdulillah perjuangan panjang saya diijabah Allah SWT dengan mengaruniakan saya 3 permata hati.

Sumber: vecto.rs
PMS yang saya rasakan waktunya bisa amat lama. Bisa sejak seminggu usai haid, hingga haid berikutnya. Jangka waktunya bisa sebulan bahkan 2 bulan. Gejalanya bisa hilang-timbul, bisa pula terjadi terus sampai haid datang. Badan pegal-pegal, perut bagian bawah nyeri, sakit pada payudara, dan emosi yang tidak stabil sangatlah akrab dengan saya. Beberapa kali emosi saya naik sampai ke ubun-ubun lalu meledak. Saya menyadarinya sebagai PMS setelah keesokan harinya menstruasi.

Suami bahkan anak-anak sering jadi sasaran. Pemicunya adalah kelelahan luar biasa dan rasa depresi dan frustrasi dengan rutinitas sehari-hari yang tanpa asisten rumahtangga. Pekerjaan rumah dengan 7 anggota keluarga tak pernah ada habisnya. Bila ingat ini, saya malu sendiri. Bukannya membela diri, saya sendiri kebingungan dengan kondisi saya karena siklus haid yang tak bisa ditebak. Lamanya gejala PMS ini muncul sering membuat saya “lupa” sedang mengalami PMS. Badan yang amat tak nyaman dan kelelahan luar biasa, amat mudah memicu rasa marah keluar dalam bentuk omelan dan kemarahan.

Lantas setelah emosi yang mengubun-ubun ini terlontar apakah saya puas? Tidak. Tidak sama sekali! Saya malu dan menyesal luar biasa. Saya berulang kali istighfar setelahnya dan menangis pada-NYA, mohon diberi kesabaran yang lebih lagi.

Sudah lama saya tahu apa itu PMS, sejak masih gadis. Bagi saya, PMS bukanlah hal yang patut untuk dimaklumi semua orang dan patut dibiarkan (khusus bagi yang mengalami, sementara untuk para suami sebaiknya memaklumi dan tidak memperbesar masalah jika istrinya sedang PMS). Saya harus melawannya. Dan ternyata, hingga sekarang pun itu bukan hal yang mudah.

Ternyata di kondisi saya, PMS semakin berat. Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS, yaitu:
  • Status perkawinan (perempuan yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum) à saya sudah menikah.
  • Perempuan yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima) à saya sudah pernah melahirkan, sebanyak 3 kali.
  • Usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun) à usia saya beradad di rentang angka-angka itu.
  • Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS) à saya sering mengalami ini.
  • Diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS) à saya pernah mengkonsumsi kopi selama bertahun-tahun, baru beberapa bulan terakhir ini saja jauh berkurang.
  • Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat à baru sekitar 3 minggu lalu hasil check up saya menunjukkan kekurangan vitamin B3 dan vitamin C.

Hanya pada 2 faktor lainnya yang tidak terjadi pada saya:

  • Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS
  • Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).

Sebenarnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau menghindari PMS, yaitu:

  • Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
  • Kurangi rokok atau berhenti merokok.
  • Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
  • Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein.
  • Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
  • Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
  • Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
  • Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
  • Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
  • Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
  • Menghindari dan mengatasi stres.
  • Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
  • Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
  • Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya.

Bagi saya yang siklus haidnya tak pernah teratur ini, sekali lagi mengenali gejala PMS tidak begitu mudah. Yang saya usahakan untuk mengatasinya adalah:

  • Memperbanyak dzikir dan membaca ayat-ayat suci (tadarrus)
  • Berdo’a, minta diberi kesabaran kepada Sang Pencipta kesabaran
  • Berusaha menenangkan diri, dengan memikirkan hal-hal positif, menjauhi pikiran negatif
  • Meyakinkan diri, akan ada kemudahan setelah kesulitan
  • Mengkonsumsi suplemen

Khusus mengenai suplemen, zaman sekarang sudah ada suplemen yang tepat bagi perempuan. Menjadi sahabat perempuan, Vitafem dapat memenuhi kebutuhan kesehatan perempuan sehari hari dan pada saat menstruasi. Membantu meredakan gejala nyeri haid dan gejala PMS lainnya.

Vitafem terdiri atas 100% bahan herbal modern, telah teruji secara klinis, dan tanpa efek samping. Dibuat melalui proses teknologi tinggi berbasis TCEBS dari Phaleria Macrocarpa (mahkota dewa). TCEBS adalah Tandem Chemistry Expression   Bioassay System, merupakan suatu metodologi pemilihan kandidat obat secara sistematik sehingga dapat menemukan calon produk yang paling aktif dan berpotensi berdasarkan ekspresi gen dan teknik protein array.

Perempuan aktif, yang khawatir konsumsi makanan sehari-harinya kurang memadai bagi asupan tubuhnya sebaiknya mulai mengkonsumsi suplemen setiap harinya agar terhindar dari akibat buruk PMS ini. Daaan ingat, sebagai perempuan PMS bukan untuk sekadar kita maklumi tetapi harus diatasi (peringatan untuk diri saya sendiri J).

Makassar, 5 Januari 2013





Share :

4 Komentar di "Ketika Emosi Mengubun-Ubun, Menyesal Kemudian"

  1. perempuan yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum <<== padahal ada mitos kalo menstrual cramp bakal berkurang setelah menikah.berarti faktor pemicu PMS sama menstrual cramp beda yaaa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Faktor pemicunya? Waah tidak tahu ya, apakah sama atau tidak?

      Delete
  2. Terkadang saya menganggap orang hanya melebih2kan yang namanya PMS. Karena (alhamdulillah) saya memang gak tapi merasakan gangguan seputar masalah haid. Namun kemudian saya sadar bahwa setiap perempuan punya kondisi tubuh yang berbeda.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^