Mengintip Kelas Inspiratif di SD Inpres Karuwisi

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan berjudul Tapi, Mana Bunga?

Bagian depan SD Inpres Karuwisi. Gotnya dipenuhi sampah. Tak ada papan nama sekolah.

Tak sulit menemukan SD Inpres Karuwisi. Setelah berputar-putar sebentar, saya yang diantar suami menemukan sekolah dasar yang terletak di sebuah gang yang cukup sempit. “Buram”, itulah kesan yang tampak dari bagian depan gedung sekolah itu.

Dari luar terlihat lapangan yang dikelilingi gedung-gedung sekolah yang rupanya terdiri dari 2 sekolah. Empat buah gedung satu lantai berukuran kecil mengelilingi sebuah lapangan yang dipakai bersama oleh SD Inpres Karuwisi 1 dan SD Inpres Karuwisi 3. Tiga gedung merupakan bangunan sekolah, sementara gedung yang paling kecil merupakan perpustakaan. Harus melalui kantin yang ditata seadanya di meja dan dinding gedung untuk menuju lapangan sekolah. Kantin sederhana itu terletak di gang yang terbentuk antara gedung perpustakaan dan gedung SD Inpres Karuwisi 3.

Pekarangan sekolah
Kantin yang ditata seadanya
Dua gedung yang berdampingan
Anak-anak sedang berbaris ketika saya tiba
 Takdir kesasar” tak saya sadari selama berada di kompleks SD Inpres Karuwisi di jalan Urip Sumoharjo lorong 4 pada tanggal 28 Maret 2013. Saat itu, saya demikian bersemangatnya memperhatikan apa yang terjadi di sekeliling saya, pada momen Kelas Inspirasi Makassar yang dilaksanakan serentak di 17 sekolah dasar di Makassar. Banyak relawan dengan aneka profesi terlibat dalam Kelas Inspirasi Makassar. Beberapa dari mereka bahkan datang jauh-jauh dari kota lain untuk menyelami pengalaman baru di Makassar.

Sedikit celah antara perpustakaan
dan sebuah ruang kelas, dijadikan
kantin yang juga ditata seadanya
Saat tiba di tepi lapangan, murid-murid SD Inpres Karuwisi 3 sedang berbaris di koridor gedung sekolah mereka. Sesi-sesi dalam kelas telah usai. Di seberangnya, di koridor gedung SD Inpres Karuwisi 1, ditempatkan peralatan pengeras suara. Seorang panitia kelas Inspirasi berdiri di situ, memberikan aba-aba kepada anak-anak. Guru-guru sekolah terlihat di sekitar pekarangan sekolah, sedang menyimak. Sementara para panitia lalu-lalang, mengatur kelancaran acara.

Anak-anak diformasikan berdiri bersaf-saf, memenuhi koridor SD Inpres Karuwisi 3. Mereka dituntun untuk mengikrarkan JANJI ANAK MAKASSAR bersama-sama. Janji yang mulia. Semoga terpatri dalam sanubari mereka.

Dengan sebuah instruksi, anak-anak itu secara bergantian menandatangani sebuah spanduk yang ditempelkan di dinding. Setelah itu, carik-carik kertas yang sudah bertuliskan cita-cita mereka diinstruksikan panitia untuk dimasukkan ke dalam “kotak cita-cita”.

Siapa yang belum mengisi Kotak Cita-Cita?
Tarisa serius membubuhkan tanda tangannya
Sret ... sret .. sret ... 10 tahun ke depan, apa masih seperti ini tanda tangan mereka? :)
Logo ini tertempel di salah
satu gedung
Sejumlah balon gas dibawa ke tengah lapangan. Tak terduga respon anak-anak itu. Dengan agresif mereka berlarian ke arah panitia yang memegang balon-balon gas itu dan merebutnya. Beberapa balon pecah, beberapa lagi terbang. Banyak orang yang menyaksikannya bereaksi sama dengan saya: terkesiap, tertawa, lalu geleng-geleng kepala.

Untung saja masih banyak balon gas yang bisa diselamatkan. Kotak cita-cita diikatkan pada balon-balon gas itu. Setelah anak-anak menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat, semua yang hadir menyaksikan balon-balon itu terbang, membawa cita-cita mereka menuju birunya langit. Mudah-mudahan cita-cita mereka membumbung setinggi-tingginya diikuti ketinggian kegigihan mereka kelak dalam mengejar dan merealisasikannya.

Saat melihat seikat balon gas dibawa keluar dari sebuah ruang kelas, saya yakin
ini benar SD tempat Bunga bertugas (baca di kisah sebelumnya)
Anak-anak berlarian, mereka berebut balon-balon gas itu
Beberapa balon terbang
Panitia mengumpulkan balon-balon yang tersisa
Panitia menyatukan kembali balon-balon gas
Balon-balon gas digabungkan dalam satu ikatan
Menyanyikan lagu Indonesia Raya
Mereka bernyanyi dengan penuh semangat
Seikat balon gas yang membawa kotak cita-cita berisikan
carik-carik kertas yang ditulisi cita-cita anak-anak
SD Inpres Karuwisi 3 diterbangkan
Saya sempat mengintip sebentar sebuah kegiatan dalam kelas, di mana seorang presenter televisi menjadi pengajar profesinya. Berulang kali, anak-anak di dalam kelas itu meneriakkan dengan penuh semangat, “CITA-CITA ... INSPIRASI ... CITA-CITA ... INSPIRASI ...”  Sang presenter bersimbah peluh. Cuaca Makassar memang sedang teramat garang akhir-akhir ini. Suhu pada siang hari bisa menunjukkan angka 36 derajat Celsius. Namun demikian sang presenter tetap bersemangat menjalani “tugas” terakhirnya di kelas itu.

Seorang presenter TV sedang bertugas mengajar
Tak seperti sebelumnya, anak-anak ini membawa bibit-bibit tanaman
 di mana secarik kertas bertuliskan cita-cita mereka terikat ke lapangan.
Saya tak menyaksikan prosesi di dalam kelas itu secara utuh karena perhatian saya terpecah pada kegiatan di lapangan. Dari website dan facebook Kelas Inspirasi, saya berkesimpulan relawan pengajar bertugas membuka wawasan anak-anak golongan ekonomi menengah ke bawah mengenai keanekaragaman profesi yang ada dan menyemangati serta menginspirasi anak-anak agar punya keinginan mengejar cita-cita mereka.

Di meja-meja para murid terlihat aneka peralatan menulis yang sebagian sudah dibagi. Pasti senang sekali mereka mendapatkan peralatan menulis baru dan suntikan semangat tentang bagaimana meraih cita-cita mereka pada hari itu.

Seperti murid-murid SD Inpres Karuwisi 3 tadi, murid-murid SD Inpres Karuwisi 1 juga diinstruksikan panitia untuk berdiri secara bersaf-saf di koridor dan melalui prosesi yang sama dengan sebelumnya. Yang berbeda di sini, tidak ada banyak balon gas yang membumbung tinggi lagi tetapi bibit-bibit tanaman yang pada batangnya terikat secarik kertas bertuliskan cita-cita mereka.

Salah satu ruang kelas di SD Inpres Karuwisi 3
Saat sedang berdiri di depan sebuah kelas, 2 orang ibu guru melibatkan saya dalam percakapan mereka. Kedua ibu guru ini sedang membicarakan tentang bibit tanaman (yang diikatkan secari kertas bertuliskan cita-cita) yang diberikan kepada murid-murid SD Inpres Karuwisi 1.

Apakah bibit-bibit tanaman itu akan dibawa pulang oleh anak-anak itu? Saya tidak tahu. Kalau saja memang dibawa pulang, salah seorang dari ibu guru itu berkata, “Berarti mereka harus membawa-bawa tanamannya. Kebanyakan dari anak-anak ini tinggal di rumah kontrakan. Dalam satu atau dua bulan, mereka pindah lagi.”

Dalam satu atau dua bulan pindah kontrakan lagi? Waduh. Pindahan adalah hal yang heboh. Dalam kehebohan begitu, bisa saja bibit tanaman bukan merupakan prioritas para orangtua dari anak-anak itu. Saya hanya menebak-nebak karena membayangkan kalau saja bibit tanaman bukan merupakan prioritas mereka dan tertinggal begitu saja, sungguh sayang.

Buku-buku yang masih terlihat baru. Seringkah ruang perpustakaan
ini disambangi oleh anak-anak itu?
Bagi saya dan bagi sebagian orang, tentu indah membayangkan memelihara, memupuk, dan menyiram tanaman yang akan menjadi pohon cita-cita setiap hari dan bersamaan dengan itu cita-cita anak yang memeliharanya turut tumbuh besar. Dan jika tanaman itu tersia-sia? Sayang ya?

Saat anak-anak itu berkumpul di lapangan, saya tak mengikuti lagi kelanjutan prosesi, kurang lebih sama dengan yang sebelumnya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu lewat. Athifah sudah menelepon, melaporkan situasi krusial: Afyad membuka celana dan diaper-nya, lalu pipis di sembarang tempat. Tak ada yang bisa memakaikannya di rumah, Ato’ (kakek) belum pulang dari masjid. So, it’s time to go home.

Makassar, 31 Maret 2013

Catatan:

  • Website kelas Inspirasi: http://kelasinspirasi.org/
  • Alamat facebook Kelas Inspirasi Makassar: https://www.facebook.com/KelasInspirasiMakassar. 
  • Masih ada kelanjutan tulisan ini, ditunggu yaa :)

Silakan disimak juga:




Share :

17 Komentar di "Mengintip Kelas Inspiratif di SD Inpres Karuwisi"

  1. Salam mbak Niar, lama tak berkunjung banyak ketinggalan info dari Makasar nih.

    Semoga murid2 di Sd Karuwisitersemangati dan terbuka wawasan untuk masa depan mereka ya mbak... dan balon2 itu bagaimana nasib akhirnya ya? :D setinggi apa bisa terbang? Iya, semoga pohon cita2 mereka bisa terjaga.

    Eh jadi ingat tandatanganku udah beberapa kali berubah sejak SD sampai sekarang, tapi yg terakhir awet dari SMA.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mbak ... pa kabar Madagascar? Kata Madagascar selalu identik dengan Pinguin from Madagascar buat saya :)

      Aamiin, semoga cita2 mereka terbang tinggi dan kelak mereka bisa meraihnya :)

      Delete
    2. Kabar baik, semoga mbak Niar dan keluarga juga baik2 ya.. HAhahaha memang film kartun itu berhasil memperkenalkan Madagascar ke kita ya?

      Amin

      Delete
    3. Sebelumnya pernah dengar, di pelajaran sejarah dulu mbak. Tapi film itu benar meyakinkan saya bahwa lokasi itu benar2 ada hehehe

      Delete
  2. jadi ingat masa kecil di sekolahku

    kangen sama guru SD ku

    ReplyDelete
  3. Acung jempol untuk penggagas kelas inspirasi ini Niar..Yang namanya anak-anak ya, tak masalah sekolah dimana, kalau disuruh nyanyi atau dihadapkan pada mainan energi mereka tumpah semua :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak. Ide yang brilian ya? Anak2 selalu semangat :)

      Delete
  4. sekolah SD yah? jadi inget masa-masa SD dulu :D

    ReplyDelete
  5. Inpres itu instruksi presiden kan. Tapi baru denger kali ini. Kalau inpres desa tertinggal sering denger.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ooh istilah SD Inpres? Itu istilah untuk SD bentukan pemerintah. Saya tidak paham kenapa tidak pakai nama SD Negeri. Biasanya yang pakai nama SD Inpres itu sudah ada SD Negerinya.
      Ada jamannya dulu, tahun 80-an SD diperbanyak oleh pemerintah. Tidak dibuat SD baru tetapi dibuatnya di dekat SD Negeri yang sudah ada. Nah SD2 itulah yang namanya SD Inpres.

      Delete
  6. balon-balon itu terbang, membawa cita-cita mereka menuju birunya langit

    Mudah-mudahan upaya kecil ini menginspirasi mereka untuk terus belajar ... apapun kondisinya ... apapun situasinya

    sukses untuk kelas-kelas inspirasi lainnya

    salam saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Langkah kecil yang semoga berarti besar buat anak2 itu om Nh :)

      Delete
  7. semoga saja anak-anak itu sering mengunjungi perpustakaan ya

    ReplyDelete
  8. Trims Atas Kunjunganx di sekolah SD Inpres Karuwisi 3...Mudah- mudahan kelas inspirasi bisa berkelanjutan...

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^