Air – Memeliharamu, Memelihara Kehidupan


Halaman rumah kami yang tergenang,
pemandangan biasa di musim hujan
Di Saat Memelihara Harmoni Sudah Tak Mungkin Lagi

“Dulu, kalau hujan Saya naik rakit ke sekolah, mamanya Athifah,” kata mama Icha – tetangga saya.
“Untung itu sekarang ada kanal, jadi tidak kayak dulu mi, lanjutnya lagi.
Itu cerita tentang rumah orangtua mama Icha. Rumah mama Icha sekarang baru ditempatinya selama dua tahunan bersama suami dan keempat anaknya, sederhana tapi tidak dimasuki air.

Pagi itu hujan turun amat deras. Sejak dini hari sebenarnya, sekitar pukul dua.

“Rumahnya banjir, Kak?” tanya seorang kawan – sebut saja namanya Nita.
“Iya, harus ngepel nih,” jawab saya.
“Rumah Saya juga, Kak. Baru dua tahun terakhir ini Kami kebanjiran,” Nita menceritakan keadaannya.

Seperti Nita, pukul 6 pagi rumah kami kebanjiran. Nyaris semua ruangan dimasuki air. Tidak tinggi sih. Paling tinggi hanya sebatas mata kaki. Tapi yang namanya banjir, ya tetap saja tak nyaman rasanya, apalagi saya masih punya anak balita yang harus dijaga terus keselamatannya.

Bukan hanya rumah kami, beberapa tetangga pun mengalaminya.

Banjir bukannya sejak dulu kami alami. Baru tujuh tahun terakhir ini. Penyebabnya banyak:
  • Daerah resapan air yang berkurang
  • Lantai yang sudah banyak berlubang di sana sini sehingga memungkinkan air tanah naik dari bawah masuk ke dalam rumah
  • Kesadaran masyarakat sekitar yang rendah mengenai pentingnya drainase yang baik belum terwujud. Ini terlihat dari kurang terpeliharanya got-got yang ada. Bahkan ada yang tidak membuat dan menutup saluran pembuangan air yang seharusnya mengalir ke kanal.
  • Masyarakat sekitar masih suka membuang sampah seenaknya, ini terbukti dengan got di depan dan samping rumah kami yang selalu saja terisi sampah-sampah bekas kemasan makanan dan minuman.
  • Kanal[i] yang mengalami pendangkalan. Kanal yang seharusnya bisa mencegah banjir, sekarang ini sudah tak berfungsi maksimal. Pasalnya, telah terjadi pendangkalan. Pengerukan kanal sudah harus dilakukan tetapi sepertinya tak bisa dalam waktu dekat karena masalah anggaran. “Pengerukan tidak akan bisa dilakukan jika hanya mengandalkan APBD Kota Makassar dan APBD Sulsel. Anggarannya memang ada, tetapi tidak seberapa,” begitu ungkap  Irwan Intje - anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan[ii].

Banjir di beberapa tempat di Sulawesi Selatan
Sumber: http://supirpete2.com
Banjir di beberapa tempat di Sulawesi Selatan
Sumber: http://supirpete2.com

Tahun ini, banjir di Makassar dan bahkan beberapa provinsi di Sulawesi Selatan merupakan musibah besar. Makassar, disapu banjir sejak awal bulan ini, menyebabkan lebih dari 1.000 jiwa terpaksa dievakuasi darurat. Banjir terparah melanda Kelurahan Manggala dengan eskalasi mencapai 478 kepala keluarga.

Sembilan kabupaten yaitu Pangkep, Maros, Bone, Luwu, Luwu Utara, Soppeng, Barru, Jeneponto, dan Gowa terkena banjir parah. Banyak daerah yang terendam air di atas 1 meter. Banjir juga merendam jalan trans Sulawesi, menyebabkan transportasi darat terganggu. Banyak perjalanan yang menjadi terhambat karenanya.

Mertua saya pernah menempuh jarak 150-an kilometer selama hampir 12 jam. Daerah yang jaraknya hanya 2 jam perjalanan bisa mencapai 10 jam. Yang 12 jam perjalanan mencapai 24 jam. Secara bersamaan, keharmonisan alam terganggu di provinsi ini. Terlalu banyak kerusakan alam, sayangnya tindakan pemeliharaan terhadap sumber daya alam yang masih kurang optimal. Menyedihkan.

Di kanal, anak-anak ini mandi-mandi di dekat sampah
(Makassar), foto: dok. pribadi
Contohnya saja seperti pemeliharaan kanal di Makassar. Sebagai orang awam saya berpikir, apakah tidak ada orang pemerintahan yang mengerti bahwa kanal akan mengalami pendangkalan sehingga saat ini pendangkalan yang terjadi tak bisa tertangani dengan cepat karena masalah biaya yang katanya amat besar itu? Kalau pendangkalan sedemikian bermasalahnya sekarang, terang saja karena tindakan pemeliharaan yang seharusnya dilakukan sejak dulu tidak dilaksanakan sebaik-baiknya. Ingin sekali berandai-andai: andai sejak 10 tahun lalu pemeliharaan kanal diseriusi, tentu tak separah ini pendangkalannya.

Dulu, kanal memang menjadi solusi banjir. Sekarang, dengan masalah pendangkalan itu, fungsi kanal tak lagi maksimal dalam mengatasi banjir. Bila hujan deras turun dalam tempo sejam saja, dengan cepat permukaan air di kanal sama rata dengan jalan. Ditambah kesadaran masyarakat sekitar yang minim dalam menjaga kebersihan – bahkan kanal dijadikan tempat pembuangan sampah, juga kesadaran yang minim tentang pentingnya saluran pembuangan air dari rumah mereka. Lalu ditambah lagi dengan berkurangnya daerah resapan air, jadilah banjir menjadi masalah yang berulang tiap tahunnya di kota ini.

Bukan hanya itu, tanaman eceng gondok mulai tumbuh di beberapa tempat (kanal/sungai) di Makassar. Tumbuhan ini perkembangannya amat pesat. Eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan. Hal ini sudah tentu ikut memperparah banjir di musim penghujan.

Melakukan tindakan pemeliharaan dengan menangani berkembangnya eceng gondok secepat mungkin, di saat masih sedikit tentu lebih ringan apabila dikerjakan saat tumbuhan ini sudah tumbuh meluas apalagi di musim hujan saat ini. Ada satu wilayah di Makassar, eceng gondok[i]nya terpaksa dibersihkan baru-baru ini untuk mengurangi musibah banjir yang terjadi. Sayangnya pembersihan tidak tuntas, masih ada eceng gondok yang tersisa. Sampai tulisan ini diturunkan, tumbuhan ini terus berkembang biak.



[i] Di daerah Rappocini, eceng gondok pernah memenuhi kanal pada tahun 90-an tapi setelah dibersihkan, tumbuhan ini tidak muncul lagi hingga sekarang.

Sampah di kanal (Makassar). Foto: dok. pribadi
Banjir di sekitar kantor dinas PU, Jl. Pelita Raya Makassar
Foto: dok. pribadi
Eceng gondok memenuhi sungai di kawasan Batua Raya
Foto: dok. pribadi
Eceng gondok memenuhi sungai di kawasan Batua Raya hingga Maizonette
Foto: dok. pribadi

Lokasi di kawasan yang sama. Atas: sebelum  eceng gondoknya dibersihkan.
Bawah: setelah sebagian eceng gondoknya dibersihkan, masih tersisa di pinggir sungai
Foto: dok. pribadi
Setelah sebagian besar eceng gondok dibersihkan. Sayangnya masih  ada yang tersisa
Foto: dok. pribadi


Visi Pemerintah, Suara Rakyat, dan Harapan

“Makassar menuju kota dunia 2025” adalah visi pemerintah kota saat ini. Pembenahan sungai Tallo menjadi salah satu proyek andalan di penghujung tahun lalu. Bank Dunia yang menggarapnya melibatkan seluruh instansi pemerintah yang terkait. Pengerjaannya mencakup area sepanjang 16 kilometer, mulai dari bagian hulu sungai Tallo di sekitar Antang Bukit Baruga hingga ke hilir yang mencakup kawasan wisata pulau Lakkang. Konsep perbaikan sungai Tallo ini mengikuti model transportasi air yang dikembangkan di kota-kota maju dunia.

Visi ini terasa terlalu fantastis dalam kondisi saat ini. Beberapa pendapat mengenai musibah banjir yang saya catat menambah terasa kontrasnya visi kota dunia dalam kondisi sekarang. "Baru tahun ini, banjir begini mungkin karena irigasi yang tidak pernah dibersihkan dan tidak pernah diperlebar. Jadi banjir kayak begini," ujar Budi salah seorang warga kabupaten Wajo.

Aktivis lingkungan Anwar Lasapa menyatakan bahwa banjir merupakan produk politik lingkungan yang gagal. Menurutnya seharusnya pemerintah berani mengambil kebijakan yang pro dengan lingkungan. Selama ini Makassar memang getol membangun proyek-proyek mercu suar. Senada dengan itu, anggota DPRD Anwar Bustanul mengatakan bahwa sulit untuk menjadikan Makassar sebagai kota dunia dengan banjir yang menjadi pemandangan setiap hari. Mudzakkir Ali Djamil yang juga anggota DPRD mendesak pemerintah provinsi untuk membantu pemerintah kota dalam pengerukan kanal.

Para blogger pun menyuarakan keprihatinan mereka, termasuk saya yang juga merasakan banjir walau tidak separah saudara-saudara saya yang lain. Banyak keluhan, kritik, dan juga harapan.

Air, seperti api. Di saat kecil ia kawan, di saat besar ia lawan. Sekarang, di saat memelihara sudah tak mungkin untuk mencegah, mudah-mudahan kita semua masih bisa memelihara apa yang tersisa agar tak terjadi bencana yang jauh lebih besar lagi. Mudah-mudahan masih ada yang bisa diperbaiki. Kita semuanya, tak hanya pemerintah.

Makassar, 28 Januari 2013

Tulisan ini diikutkan Anugerah Jurnalistik Aqua 2012

Silakan disimak juga:



Referensi:

http://www.beritakotamakassar.com
http://rakyatsulsel.com/
http://nasional.inilah.com/
http://www.metrotvnews.com/
http://www.metrotvnews.com/metronews
www.supirpete2.com
http://regional.kompas.com
http://regional.kompas.com/read/
Majalah Makassar Terkini, edisi 114/IX/Januari 2013




[i] Makassar memiliki tiga kanal primer yang alirannya membelah kota yakni kanal Pannampu, Jongaya, dan Sinrijala dengan panjang keseluruhan sekitar 40 kilometer. Sementara kanal tersier atau kanal kecil memiliki panjang 3.200 km. Rumah kami sangat dekat dengan kanal Jongaya, hanya sekitar 200 meter jaraknya.

[ii] Sumber: artikel berjudul “Makassar Butuh Bantuan APBN untuk Keruk Kanal” di http://makassar.antaranews.com/


Share :

30 Komentar di "Air – Memeliharamu, Memelihara Kehidupan"

  1. banjir makin merajalela ya,dimana mana ada, duh harus extra kerja ini biar gak lagi banjir ...

    ReplyDelete
  2. Dengan adanya banjir itu, supaya kita tetap ingat akan pentingnya menjaga alam. Kalau nggak gitu nggak sadar-sadar. Mari kita jaga alam kita.

    ReplyDelete
  3. di jakarta saja juga sering banjir... msayarakat suka buang sampah di sungai

    ReplyDelete
  4. Menurutku, kalau ada orang yang membuang sampah sembarangan, harus dikenakan denda biar jerah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya ada aturan untuk yang membuang sampah di kanal. Tapi tidak ada pengawasnya :)

      Delete
  5. lengkaaap mbak Niar, foto-fotonya pun kereeen :)

    ReplyDelete
  6. wah, banjir di Makasar cukup parah juga ya Mbak. Sptnya fenomena banjr sdh menjadi trend global, bhkan BAnyuwangi pun kalau pas hujan deras, beberapa jalan protokol tergenang ar sampa knalpot motor ketinggiannya

    #sukses kontesnya ya Mbak:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah Banyuwangi juga sudah bermasalah dengan banjir? Waduh ...

      Delete
  7. waktu kecil dulu juga pernah mengalami banjir di desaku, akhirnya warga desa berlomba-lomba meninggikan rumahnya... solusi yang merugikan warga miskin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa boleh buat ya supaya gak banjir, tapi tentu butuh biaya

      Delete
  8. Semoga masalah banjir dinegeri ini segera teratasi ya Mbak :)
    Kasihan kalau tiap musim hujan banjir mulu. Oya ini artikel kontes kan? semoga sukses ya Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga ada itikad baik dari semua pihak. Iya mbak, sekalian diikutkan kontes. Makasih :)

      Delete
  9. sangat menarik dengan istilah, banjir adalah produk politik lingkungan yang gagal. Masalah kerusakan lingkungan sudah sangat memprihatinkan sekali, ketika musim kering, banyak daerah yang dilanda kekerngan dan ketika musim hujan banbjir dimana-mana. Alam sudah sangat memprihatinkan sekali.
    Dan inilah yang seharusnya menjadi perhatian para calon pemimpin di wilayah masing-masing, nggak harus mengumbar janji dengan pembangunan ini dan itu, tapi perbaikilah sarana dan fasilitas yang menunjang kenyamanan dan keamanan rakyatnya. Saya sangat prihatin melihat enceng gondok yang begitu subur di foto atas, bukankah itu sebagai contoh nyata kurangnya kepedulian terhadapp lingkungan. Mungkin juga saatnya peran masyarakat di lingkungan masing-masing melakukannya, karena kalo mengandalkan tanggung jawab pemerintah masih jauh dari harapan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Pak, kerusakan alam sudah parah. Keinginan saya dan tentunya banyak orang lain pun demikian. Iya, eceng gondok memprihatinkan sekali. Sy pernah dengar ada kerajinan dari eceng gondok ya. Sepertinya bagus dijadikan bahan kerajinan.

      Delete
  10. banjir memang terjadi di mana-mana dan itu terjadi setiap tahun setiap musim penghujan, namun menyerahkan semua masalah banjir ke pemerintah adalah sangat tidak bijak, karena seperti dikatakan, pemerintah selalu kekurangan anggaran. Dan sebelum anggaran turun banjir lebih dulu datang.
    semestinya, kita sebagai masyarakat yang harus berperan lebih aktif, apalgi lokasi yang sering kena banjir, terutama di lingkungan di mana kita tinggal. Menjaga kebersihan adalah salah satu yang harus kita prioritaskan, terutama daerah yang sering dilanda banjir. namun tidak semua orang peduli terhadap kebersihan lingkungannya, nach bagaimana dengan yang begini. tentunya masyrakat sekitar orang itu yang harus mengambil sikap. Bukankan sudah PERDA yang mengatur tentang tata cara membuang sampah yang benar. Jadi apabila kedapatan warga membuang sampah sembarangan, silahkan lapor saja ke pemerintah, tentunya dengan bukti2 yang ada, bisa dengan foto yang diambil dengan ponsel dan banyak lagi...ini bisa membuat efek jera ke orang tersebut.
    marilah kita menjaga kebersihan lingkungan kita masing-masing.
    Hujan yang turun adalah rahmat bagi alam, namun manusia bisa merubahnya jadi bencana.......salam :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memberikan bukti bisa juga Pak, tapi kalo di daerah saya coba saja bisa2 rumah kita habis kena serangan fajar :D
      Kan banyak orang yang tak suka tindakan jeleknya dilaporkan dan membuatnya dihukum

      Delete
  11. Postinganx keren mbak...Waduh..Banjir ! speechless...Semoga Pemprov. dan pemkot./pemkab. SEGERA bertindak lebih cepat lebih baik !!!...Aamiin...

    ReplyDelete
  12. banjir ternyata gak di jakarta saja. semoga sukses mbak!

    ReplyDelete
  13. kemarin waktu makassar banjir, area perintis juga banjir parah, sampai ikan-ikan kelihatan berkeliaran dalam rumah , hahaha ,,,, tulisan yang bagus :)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^