Tertohok – Bagian 2

Sumber gambar: http://kicktheballs.wordpress.com
Sambungan dari Tertohok– Bagian 1 


Dahulu kerabat dari kampung yang merantau ke kota karena hendak sekolah atau bekerja tak punya pilihan lain selain menempati rumah kerabat mereka yang sudah lebih dulu tinggal di kota. Mereka tak perlu membayar makan dan tempat tinggal tetapi biasanya mereka membantu tuan rumah dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh anak si empunya rumah.

Tapi sekarang berbeda. Orang-orang dari kampung lebih suka tinggal di kos-kosan kala hijrah ke kota. Di samping itu, perguruan tinggi sekarang menjamur sehingga mereka bisa memilih kuliah di kampung saja, tak perlu ke kota.

Dahulu, tayangan TV hanya satu channel. Teknologi belum secanggih sekarang. Dampak negatif tak segila zaman sekarang, apalagi zaman yang akan datang. Tantangan hidup zaman Riestya dan Maisarah kecil dulu tak sebesar tantangan hidup zaman sekarang. Masa depan anak-anak mereka masih merupakan tanda tanya yang teramat besar. Mendampingi anak-anak sedini mungkin adalah keputusan yang tepat bagi mereka.

Berulang kali mendengar keluhan ibunda membuatnya sedih.
Namun ia berusaha menghibur dirinya sendiri.
"Bersyukur, Saya tak pernah merepotkan ibu dalam mengasuh anak-anak. Semua Saya lakukan sendiri bersama suami. Ibu tak pernah mengejar-ngejar cucu-cucunya untuk memandikan, menyuapi, dan menemani mereka bermain. Ibu tak pernah direpotkan saat mereka sakit. Ibu tak perlu berlelah-lelah mengurusi saya setelah melahirkan atau saat sakit karena ada suami yang mengurus saya. Ibu tak perlu kesal menghadapi kenakalan anak-anak karena menjaga mereka saat Saya tinggalkan untuk suatu keperluan,” batinnya.

“Alhamdulillah, saya bisa membantu ibu memasak, mencuci piring, dan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah. Alhamdulillah ibu tak merasakan kepayahan seperti para nenek di luar sana yang masih saja berkutat dengan cucu-cucu mereka. Saat adikku – Yuni baru seminggu usai operasi caesar saat melahirkan anak pertamanya, ibu berangkat ke pulau seberang menghadiri pernikahan kerabat sementara Yuni mengurus sendiri bayinya dibantu oleh saya" batinnya lagi.

Sumber gambar: http://flourishe.net
Perasaannya Riestya sudah menjadi lebih enak.
Ia tersenyum.
Hatinya terhibur.
Ia yakin, suatu saat nanti ibundanya akan mengerti betapa ia menyayanginya dengan tak pernah membebaninya. Dan bahwa pilihannya didasarkan kepada pemikiran dan perenungan panjang yang matang yang kelak akan ia pertanggungjawabkan di mahkamah Allah.


Ia yakin itu.
Jika di dunia ibunda tak bisa mengerti, di akhirat nanti pasti bisa.
Karena Allah yang Maha Kuasa pasti akan membantunya di mahkamah-Nya kelak.


* Seperti yang dialami Riestya*


Ia menitip pesan kepada pembaca tulisan ini:

Maaf ini bukan cerita yang mendiskreditkan working mother. Masing-masing kita punya pemikiran matang dalam menetapkan pilihan. Ini hanya sekadar curahan hati yang mudah-mudahan bermakna. 
Jika suatu saat putri-putri kalian yang berpendidikan tinggi memilih menjadi ibu rumahtangga tanpa karir di sektor publik, jangan bersedih. Karena keputusan untuk memilih jalan itu bukanlah keputusan yang didasarkan kepada sebuah kebodohan. Ada kecerdasan di baliknya. Mungkin kalian tak melihatnya di dunia. Tapi insya Allah kalian akan melihat cahayanya di akhirat nanti. 
Tersenyumlah. Ikhlaslah. Jangan menuntut apa-apa atas hal yang merupakan kewajiban kalian. Jika kalian mampu, sekolahkan mereka setinggi mungkin. Percayalah, insya Allah generasi kalian akan menjadi cahaya di zaman depan yang makin gelap. Cahaya yang hanya mungkin dilihat dengan iman, bukan dengan mata dunia.

Makassar, 5 April 2012

Selesai


Baca juga tulisan berikut yah ....



Share :

38 Komentar di "Tertohok – Bagian 2"

  1. jadi tertohok juga mba....secara masih ngerepotin mama padahal udah berumah tangga terutama soal anak, lebih2 klo prt pulkam atau harus ke luar kota. sayangnya pilihan jadi full day mom belum memungkinkan untuk saat ini. semoga some day...heheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masing2 org tentu punya petimbangan sendiri ya mbak .. ^__^

      Delete
  2. iya sekarang ini banyak orang tua yg saking sibuknya malah menitipkan anak mereka ke neneknya, padahal waktu kecil mereka juga udah cukup merepotkan, kl sudah begitu saya bingung, kapan berbakti sama orang tuanya ya ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow .. pengamatan yang sungguh mendalam mas Stumon ...

      Delete
  3. kebanyakan seperti itu,para wanita karier menjadikan rumah orang tua mereka seperti tempat penitipan bayi,tanpa sadar klo orang tua itupun ingin memperbanyak ibadah dimasa tuanya tanpa harus direpotkan lagi dengan pipis si bayi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah2an kita tak merepotkan orangtua kita ya Atma ...

      Delete
  4. Seorang anak akan menjadi cahaya dimasa depan manakala sedari kecil sudah mendapatkan pendidikan yang baik dari ibunya. Bagaimanapun juga, contoh pertama kali bagi sang anak adalah ibunya. Jangan ragu dalam memilih profesi sebagai ibu rumah tangga. Karena itu adalah sunnah rasul dan sudah menjadi kodratnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya Allah mas Yitno akan jadi imam yang baik dengan pandangan seperti ini. Belajar lagi sebanyak2nya mas ...

      Delete
  5. justru full time mother adalah suatu peran yang sangat mulia mbak, saking mulia nya Allah bahkan menjanjikan surga untuk mereka yang ikhlas menjalani nya mbak, saya juga full time mother mbak, dan pernah beberapa kali merasa tertohok dengan omongan orang yang mengatakan " sekolah tinggi2 kok cuma jadi ibu rumah tangga...",memang menyakitkan mbak, tapi nggak terlalu saya pedulikan kok mbak, saya bahagia dengan pilihan saya karena bisa setiap saat mendampingi anak saya tumbuh dan berkembang, bagi saya hal ini jauh lebih berharga daripada gaji jutaan rupiah yang bisa di peroleh jika saya berkarir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dapat kebahagiaan dan hikmah yang besar ya mami Zidane ...

      Delete
  6. saya justru ingin spti ini bunda, bisa bisnis sampingan tanpa mengurangi wkatu perhatian kepda si buah hati...

    ReplyDelete
  7. waktu masku mau beli TV, saya melarangnya... soale kalau ada tv malah adek-adekku g belajar ngikut bapakku nonton...

    g nyambung ya.. haduuh

    ReplyDelete
  8. pengennya bisa menjadi ibu rumah tangga dan juga bisa menjadi wanita karir, tapi sulit .. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya sulit ya? Saya belum pernah mengalami soalnya :)

      Delete
  9. Lanjutkah ke tertohok 3, ma? Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk bahasan ini sampai di sini dulu :)
      Entahlah kalau nanti ... ^__^

      Delete
  10. kalo tujuanny demi kbahagiaan kluarga...mau jd full mother atw jg carier woman gak msalah y mb,
    :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tergantung masing2 orang. Asalkan keluarga prioritas :)

      Delete
  11. kunjungan pagii ..... sebelum beraktifitas... hehhe

    ReplyDelete
  12. Kaaaaaaaakk ^^
    Lagi butuh dukungan vote nih :)
    Vote tulisanku yaah...

    http://marketing.lintas.me/article/imajinasi-hari.blogspot.com/bebas-komunikasi-seharian-dengan-cerdas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ok deh .. meluncur ... :)
      Aduh tapi inetku super lelet nih. Nda apa ya saya coba saja dulu ..

      Delete
    2. Sudah vote yah .. moga menang :)

      Delete
  13. sebuah cerita yang sangat meninginspirasi, terutama bagi para wanita, dan saya betapa senang membacanya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah berkunjung, membaca, dan berkomentar bang AKhmad :). Alhamdulillah jika anda senang membacanya ...

      Delete
  14. Terharuuuuu baca lanjutannya
    ternyata..aku ketinggalan karena beberapa waktu lalu sedang dalam perjalanan, hehee
    Makasih mbak Niar udah mengingatkan lanjutannya
    Keep writing, mbak :)

    ReplyDelete
  15. tulisannya baguuuuuuuuuuus mb.. pilihan yang cerdas dengan konsekuensi besar.. Tulisan mb bikin sya semakin rindu menjadi ibu.. doain sya ya mb segera menjadi ibu.. ;)..
    eh.. salam kenal mb..

    ReplyDelete
  16. Ada riestya, ada Yuni, Dodol kok gak ada ... :)

    ReplyDelete
  17. Seperti biasa, postingan yg inspiratif. saya dan teman2 sering mendiskusikan ini, kebetulan tmn sy memilih ut menjadi fulltime mother, saya terus terang ngiri sama dia, krn keputusan ut menjadi full time mother ut saya bs dibilang jauh dri mungkin. Apapun itu sy selalu salut pd org2 yg akhirnya memilih menjadi full time mother, menurut saya itu pekerjaan paling keren.
    Komenku jdi kepanjangan, hihihi...

    ReplyDelete
  18. apa arti nya gan saya ga ngerti gan?

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^